Custom Search

Ikrar antara keturunan Martuasame dan keturunan Toga Marbun.

Konon dahulu kala diceritakan, keturunan DONDA HOPOL mau mengadakan pesta besar-besaran (ulaon horja), untuk itu mereka menyuruh pihak boru mengundang (manggokkon) saudara-saudaranya dari keturunan Naipospos.

Karena pada waktu itu komunikasi belum lancar, sarana dan prasarana transportasi juga hanya mengandalkan “hoda tunggangan”, maka pada acara “ulaon horja” tersebut saudara-saudaranya dari Bakkara yaitu keturunan Toga Marbun belum tiba pada hari yang telah direncanakan oleh keluarga Donda Hopol. Si Hutauruk, si Manungkalit dan Situmeang menganjurkan kepada keluarga abngnya agar acara “ulaon horja” ditunda pelaksanaannya sampai saudara mereka dari Bakkara tiba, namun keluarga Donda Hopol bersikukuh akan memulai acara. Acarapun diteruskan tanpa menunggu kedatangan saudaranya tersebut, jadi hanya keturunan Martuasame yang ada pada acara dimulai.

Namun pada hari “ulaon horja” akan berakhir, tibalah saudaranya dari Bakkara ( Lumbanbatu, Banjarnahor dan Lumban gaol ). Mereka yang baru daang beranggapan bahwa Donda Hobol bersengaja mengadakan pesta tanpa menunggu kedatangan mereka, karena “gokhon” yang mereka terima, “ulaon horja” dimulai pada hari saat mereka tiba sehingga mereka merasa datang tepat pada waktunya, namun Donda Hopol mengatakan bahwa acara dilaksanakan sesuai dengan rencana.

Kekecewaan keturunan Toga Marbun didukung oleh ketiga saudaranya yang lain keturunan Martuasame.

Dibarengi kekecewaan tersebut, merekapun menari (manortor) mengelilingi “BOROTAN” yang ada di tengah-tengah halaman rumah. Mereka menari sebanyak 99 kali sambil berdoa (martonggo) kepada Yang maha mencipta, Debata Natolu Mulajadi Nabolon. Dalam “tonggo” mereka, terbesitlah kata-kata : “Nunga ditostos rohani dahahang, namansuaehon mudar ni damang, parhitean ni pasu-pasu Debata Natolu Mulajadi Nabolon, mago silaosi tona, ripur silaosi padan marhite tonggo nami nahosa-hosa paadu-adu gokhon ni dahahang. Sai unang lobi sai unang hurang pomparan ni dahahang sian liat-liat tor-tor nasuda gogo manjalahi ulaon horja ni dahahang, manangi marbinege ma Mulajadi Nabolon, asa disi sirungguk disi sitata, ia disi hundul disi do Debata, asa unang ma hami mahilolong na so jadi malu tondi…..”

Setelah itu merekapun nenancapkan pagar bambu sebanyak 99 buah.

( Konon sejak saat itu, keturunan keturunan Donda Hopol (Sibagariang) tidak pernah lebih dari 99 kepala keluarga ).

Dengan adanya kejadian tersebut, keturunan Martuasame yang lain ( Hutauruk, Simanungkalit dan Situmeang) menjalin persaudaraan dengan keturunan Toga Marbun.

Adapun poin ikrar mereka adalah :

1. Antara keturunan Lumbanbatu dengan keturunan Hutauruk tidak boleh saling kawin.

2. Antara keturunan Banjarnahor dengan keturunan Simanungkalit tidak boleh saling kawin.

3. Antara keturunan Lumbangaol dengan keturunan Situmeang tidak boleh saling kawin.

4. Untuk masing-masing yang menjalin ikrar adalah “sisada lulu anak sisada lulu boru” dan kedudukan dalam partubu adalah : siapa yang menjadi tuan rumah maka dialah yang menjadi siabangan sedangkan yang datang sebagai tamu adalah si adekan.

Seiring perkembangan dan makin terjalinnya komunikasi, terjadi juga saling memaafkan diantara keturunan Toga Marbun dengan Donda Hobol, sehingga dalam ikrarpun keturunan Donda Hobol (Sibagariang) sudah diikutkan bergabung dengan Hutauruk berikrar dengan Lumbanbatu.

Perlu juga diketahui bahwa diantara keturunan Toga Marbun maupun keturunan Martuasame (Ompu Sipoholon) sudah saling kawin kecuali antara pihak-pihak seperti telah dijelaskan di atas.

Kendati pernah terjadi perselisihan diantara keturunan Naipospos, namun sebagai ucapan syukur mereka selalu mengadakan pertemuan/berkumpul sekali dalam 50 Tahun yang diikuti dari seluruh perutusan tiap-tiap marga keturunan Naipospos.



MYCULTURED




MARTUASAME dan Marga-marga Keturunannya

MARTUASAME adalah anak NAIPOSPOS dari isteri pertama. Walau lahir belakangan, dia merasa bahwa dialah “siabangan” dari MARBUN. Akibat perebutan posisi abang adik terebut, terjadi perselisihan pada mereka sehingga pada mulanya ada pengingkaran tentang persaudaraan mereka sebagai satu keturunan dari satu ayah.

Martuasame pergi meninggalkan keluarga mereka dan membuka perkampungan baru ( mamukka huta ) di daerah Sipoholon. Oleh karena Martuasame orang pertama kali bermukim di tempat itu, maka orang yang dating kemudian memanggilnya sebagai OMPU SIPOHOLON, karena itulah sampai sekarang keturunannya tergabung dalam TOGA SIPOHOLON.

Martuasame atau Ompu Sipoholon mempunyai 4 orang anak yaitu : DONDA HOPOL, DONDA UJUNG, UJUNG TINUMPAK dan JOMITA MANGARAJA.

Keturunan Donda Hopol bermukim disekitar Sipoholon, antara lain di Huta Nagabaruang, Hutaraja maupun Pangambatan. Keturunannya sampai sekarang memakai marga SIBAGARIANG.

Donda Ujung adalah anak kedua Martuasame, keturunannya bermukim di sekitar Sipoholon juga seperti di Hutabaringin, Peanajagar, Parmonangan dan lainnya, keturunannya memakai marga HUTAURUK.

Ujung Tinampuk adalah anak ketiga Martuasame yang keturunannya memakai marga SIMANUNGKALIT dan bermukim di beberapa kampung (huta) di sekitar Sipoholon, seperti di Hutaraja, Sibuntuon dan lainnya.

Sebagian keturunan dari Ujung Tinampuk ada yang pergi ke daerah Mandailing sekarang, disana mereka memakai marga ompung mereka : NAIPOSPOS.

Anak bungsu Martuasame bernama Jomita Mangaraja. Keturunannya memakai marga SITUMEANG dan bermukim di Hurlang dekat Sipoholon sekarang.



MYCULTURED



LUMBAN GAOL dan Marga-marga Keturunannya

LUMBAN GAOL, adalah marga bagi keturunan anak ketiga Toga Marbun dan pada umumnya bermukim di daerah sekitar Doloksanggul sekarang, juga di daerah Bakkara.

Namun keturunan RAJA NIAJI (generasi 12 dari si Raja Batak) ada juga yang bermukim di daerah Parlilitan dengan memakai marga baru yaitu MEHA MUNGKUR,

sedangkan keturunan RAJA ITOBA yang bermukim di daerah Dairi menggunakan marga SARAAN.

LUMBAN GAOL sendiri adalah generasi ke 7 dari si Raja Batak, berarti sampai 5 generasi berikutnya baru muncul marga baru lagi.



MYCULTURED




LUMBAN BATU dan Marga-marga Keturunannya

Ada versi yang berbeda dengan anak keturunan Lumban Batu ( Ompu Batu ). Ada yang mengatakan bahwa dia mempunyai anak yaitu : AJI MAGA-MAGA, ada juga yang berpendapat bahwa anaknya ada dua yaitu : PATAMBOR BITIS dan TUAN MARSANTI.

Pendapat versi pertama mengatakan bahwa PATAMBOR BITIS dan TUAN MARSANTI adalah anak dari AJI MAGA-MAGA. Kita tidak perlu memperdebatkan itu, biarlah para keturunannya menyelelidiki lebih jauh kebenarannya.

Marga Lumban Batu ada juga yang bermukim di daerah Parlilitan, konon Ompu Raja Itoba, cicit Lumban Batu, yang adalah seorang dukun selalu berpetualang mulai dari Tanah Karo, ke Aceh dan kemudian kea rah tenggara (Parlilitan sekarang) dan menetap disana.

Kekerabatan sebagai pendatang dengan marga yang sudah ada lebih dahulu di tempat tersebut terjalin dengan baik, hingga sekarang, persaudaraan antara marga LUMBAN BATU dengan PURBA berjalan sebagaimana layaknya saudara, baik di bonapasogit maupun di perantauan.



MYCULTURED



MARBUN dan Marga-marga Keturunannya

Naipospos mempunyai dua orang isteri dari marga yang sama yaitu BORBOR, namun dari isteri pertama lama baru memperoleh anak laki-laki, sementara isteri kedua sudah melahirkan yang kemudian diberi nama MARBUN.

Ketika Marbun sudah belajar berjalan, isteri pertama Naipospos pun melahirkan anak laki-laki yang diberi nama MARTUASAME. Merasa lahir dari isteri pertama Naipospos, Martuasame menganggap dirinya “siabangan” daripada si Marbun, walau dari segi usai dia lebih muda, namun si Marbun tidak berterima sehingga perebutan “siabangan” itu sempat membuat perselisihan diantara mereka.

Perselisihan antara Marbun dan Martuasame membuat si Marbun meninggalkan kampung halamannya di lereng Dolok Imun dan pergi ke Bakkara, disanalah dia bermukim dan membuka perkampungan baru.

Marbun mempunyai tiga orang anak yaitu :LUMBAN BATU, BANJARNAHOR dan LUMBAN GAOL. Ketiga nama anak Marbun tersebut kemudian menjadi marga bagi keturunannya, kendati mereka masih juga ada yang memakai marga MARBUN tetapi lebih detail selalu diikuti dengan menyebut sub marga tersebut seperti : MARBUN BANJARNAHOR.



MYCULTURED



BANJARNAHOR dan Marga-marga Keturunannya

BANJARNAHOR menjadi marga bagi keturunan anak kedua MARBUN, tetapi bagi keturunan Banjarnahor yang berdiam di Parmonangan, Parbotihan maupun Samosir lebih cenderung memakai marga MARBUN.

Pada awalnya Banjarnahor bermukim di Bakkara, mempunyai dua orang anak yaitu : GURDUNG MALELA dan ATAS BARITA.

Di Bakkara, Banjarnahor mempunyai perkampungan yang cukup luas dan sumber air /pansur (Humban) yang sangat baik untuk keperluan sehari-hari termasuk pengairan sawah-sawah yang ada di sekitarnya. Sumber mata air itu menjadi harta warisan dari Banjarnahor kepada kedua orang anaknya. Sumber air/pancur atau sumur (humban) yang ada di hulu diberikan kepada Gurdung Malela dan sumber air/pancur/sumur (humban) yang satunya diberikan kepada Atas Barita.

Anak keturunan mereka dikemudian hari untuk mengetahui kedudukan dalam kekeluargaan marga Banjarnahor biasa mempertegas dengan bertannya : Bakkara dia ma hamu? Apabila dijawab dengan HUMBAN JULU, berarti kedudukan mereka adalah “siabangan” keturunan Gurdung Malela, dan apabila dijawab dengan HUMBAN SOLOTAN berarti mereka “siadek” keturunan si Atas Barita.

Dari Bakkara, keturunan Banjarnahor ada yang membuka perkampungan di daerah HUMBANG seperti Doloksanggul dan Sihikkit sekarang.

Salah seorang keturunan Banjarnahor bernama PANDEBOSI mengambil janda seorang marga Manalu menjadi isterinya dan menganggap anak pertama isterinya tersebut sebagai anaknya sendiri, sejak saat itu hingga sekarang persaudaraan itu tetap terjaga dan keturunan mereka tidak saling kawin, malah saat ini bukan hanya keturunan Pandebosi tetapi semua yang masuk marga Banjarnahor menganggap seperti saudara dengan marga Manalu.

MYCULTURED



Dijabu Namarbara

Huhadang gitar hi
Huhut mardalan au ito
Lao mandapothon ho ito
Tujabu podoman mi
Marende ende au
Ditongan dalani
Tung so mabiar au, mamolus rura i

Hutuktuk pintu i, huhut marmil mil au ito
Hatop dibukka ho
Ditanda ho panuttukki
Maila ila ho mamereng bohikki
Ue ulini ekkel suping mi ito

Reff
Dijabu namar barai ito
Ima inganan mi podoman mi
Diisi hupasahat ma tuho
Holong ni rohakki hulehon hasian

Dijabu namarbara i ito
Di undukko sudena hatakki
Amang lumbang ni rohakki
Sonang nai, sonangnai huhilala

Gabe laos marende mahita
Sande ho diabarakku
Dibahen ho ma lagu dua
Hubaen lagu sada

Gabe laos marende mahita
Sande ho di abarakku
Ai tung soadong be nahurang
Di hita nadua

MYCULTURED



Marombus-Ombus

Marombus-ombus do, lampet ni Humbang tonggi tabo
Na ngali ari i disi anggo alani ombus-ombus do
Ai boru Hombing do, na paturehon mancai malo
Tung ngangur do datung hushus do rupana pe
Da na uli do

Reff
Oooooo doli-doli, ho naposo na jogi
Dompak Humbang i, lao ma damang da tusi
Siborong-borong i
Molo naung hoji ho, tu boru Hombing tibu ma ro
Lao ma damang da lao ma damang
Tu luat ni parombus-ombus do

Oooooo ale boru Hombing
Paima ma si doli ro
Di Siborong-borong i
Tusi nama si doli ro
Ai boru Hombing do, na paturehon mancai malo
Tung ngangur do datung hushus do rupana pe
Da na uli do

MYCULTURED



Boasa Ingkon Pajumpang

Borngin soada donganki
Tading sasada au disi
Dilage-lage podomanki
Tung dao-dao ho sian au

Rurus tarsongon bulung
Russur gulang tu toru
Songon i ma nang rohangku
Bereng au ito da hasian

Reff :
Boasa ikkon pajumpang
Hape ikkon marsirang
Boasa ma ho hu tanda
Ndang tardok au sude na hasian

Ndang boi huhalupahon
Ndang boi mago sian rohakki
Holan ho do di ngolukku
Nang pe tung dao ho sian au
back to Reff.

MYCULTURED



Lupa do Ho - Simbolon Kid’s

*
Marudur do sude
Angka dongan sahuta da
Di topi parit di huta i
Na di toru ni bulu i

Nang ilu-ilu pe huhut
Sai Maraburan i
Lao paborhathon ho na uju i
Tu parjalangan

**
Manghirim do sude
Haha anggi ibotomi
Anggiat sahat ho hasian
Tu tinodo ni rohami

Anak Siparbagaon tahe
Sian na dihuta i
Ai tung manghirim do
Sude amang di gogomi

#
Ai tung tarida ma da goarmi amang
Sahat tu ujung ni portibion
Ai gabe lupa do ho di lage-lage
Podoman mi naung maribak i

Nang di dalan na margambo i amang
Da na di toruni sampilpil i
Ima tano hatubuan mi amang
Lupa do ho..

##
Manimbuk au amang da tu alaman i
Sian balatuk ni jabunta i
Hurimpu do amang ho na ro mulak i
Mandulo i hutam na buni i

Hulan uap na so marimpola i
Da marbagahon hapistaranmi
Ima upa ni na maranakkon i
Dangol na i..

back to #

MYCULTURED



Pesta Danau Toba Hidupkan Budaya Batak

Pesta Danau Toba menjadi sarana menghidupkan kembali dan pencerahan berbagai tradisi Batak yang mulai dilupakan. Sejumlah pihak berharap Pesta Danau Toba menjadi ajang promosi pariwisata di Sumatera Utara, terutama di sekitar Danau Toba.

Hal itu disampaikan oleh panitia dan pejabat dalam acara pembukaan Pesta Danau Toba di Parapat, Simalungun, Rabu (20/10/2010). Pembukaan acara dihadiri Dirjen Pemasaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Sapta Nirwandar dan Wakil Gubernur Sumut Gatot Pudjo Nugroho.

”Pesta Danau Toba menampilkan seluruh budaya yang ada di Batak. Kami ingin agar semua kebudayaan dan tradisi, begitu pula Danau Toba, tetap lestari,” kata Ketua Panitia Pesta Danau Toba, Perlindungan Purba.

Purba menyatakan, Pesta Danau Toba juga diwarnai berbagai gerakan ramah lingkungan, seperti pembersihan Danau Toba dari sampah, penanaman pohon, pemilihan desa ramah lingkungan, dan pemilihan WC terbersih.

Ia berharap, acara yang mengambil tema ”The Renaissance of Lake Toba” dapat mengangkat nama masyarakat Sumut, khususnya masyarakat Batak.

Hal senada dikatakan sesepuh masyarakat Batak, Cosmas Batubara. Dia memaparkan, perkembangan kependudukan menunjukkan, 60 persen dari warga Indonesia akan tinggal di perkotaan. Kondisi ini sangat rawan bagi keberadaan budaya lokal karena gempuran budaya luar.

”Saya berharap Pesta Danau Toba menjadi penyeimbang terhadap budaya luar sehingga budaya lokal tetap lestari,” kata mantan Menteri Perumahan Rakyat itu.

Dia melanjutkan, banyak generasi muda Batak tak lagi tertarik dengan kebudayaan nenek moyang. Banyak anak muda tidak paham lagi tradisi, sementara bangsa lain tertarik mendalami. (kompas)

MYCULTURED



Gagal atau Kurang Berhasilkah Pesta Danau Toba?

Mungkin jumlah wisatawan yang datang tidak sebanyak yang kita duga. Namun mudah-mudahan nanti banyak juga yang datang," demikian ungkapan spontan Cosmas Batubara di tepi Danau Toba, Parapat pada hari Rabu petang(20/10) .

Entah apa yang ada di dalam benak mantan menteri negara perumahan rakyat itu ketika melontarkan ucapan jujur itu saat memberikan sambutan pada acara pembukaan Pesta Danau Toba 2010 . Pada acara tahunan itu, yang berlangsung hingga hari Minggu(24/10) ternyata tidak banyak nampak wisatawan nusantara apalagi mancanegara.

Yang kelihatan sebagian besar adalah orang-orang atau warga di sekitar Danau Toba saja.

Koran-koran terutama terbitan Sumatera Utara pada hari Kamis dan Jumat juga memberikan komentar yang serupa.

"Jangankan menteri. Gubernur saja tidak datang," demikian laporan sebuah surat kabar pada hari Kamis. Yang dimaksud menteri adalah Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik.

Sementara gubernur yang dicecar adalah Gubernur Sumatera utara Syamsul Arifin. Sementara itu, media lainnya menulis "Pesta Danau Toba 2010 sepi pengunjung".

Padahal acara "akbar" ini didukung oleh sedikitnya lima BUMN yakni Pelindo I,II,III hingga IV serta Garuda Indonesia. Belum lagi BUMD, Bank Sumut serta sejumlah perusahaan swasta.

Cosmas Batubara yang didaulat untuk berbicara sebagai seorang tokoh Sumatera Utara menyebutkan ketika 31 tahun lalu menjadi menteri, festival kebudayaan ini sudah ditontonnya. Padahal diingatkan nya , kedatangan seorang wisatawan akan membuka lapangan kerja bagi enam orang.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pemasaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Sapta Nirwandar dalam sambutannya mengungkapkan bahwa pada setiap kunjungan wisatawan dalam negeri maka dari koceknya keluar 300 dolar AS hingga 500 dolar.

"Sementara itu , wisatawan asing dalam setiap kunjungannya bisa menghabiskan 1000 dolar AS," kata Sapta Nirwandar yang merupakan mantan sekjen Departemen Kebudayaan dan pariwisata yang namanya kini berubah menjadi Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Jika ucapan Cosmas Batubara sebagai putra daerah dan Sapta Nirwandar direnungkan, maka seharusnya pesta tahunan ini mampu menarik perhatian ribuan pengunjung mulai dari turis lokal hingga warga asing.

Karena sudah puluhan tahun dilaksanakan, maka sebenarnya adalah hal yang amat wajar jika Pesta Danau Toba ini sudah menjadi incaran wisatawan yang datang sendiri-sendiri maupun secara berkelompok lewat jasa biro perjalanan.

Apa yang menjadi penyebab minimnya jumlah pengunjung ke danau yang sangat indah ini?

Ucapan Sapta Nirwandar amat baik dijadikan bahan renungan bagi para anggota panitia Pesta Budaya Toba tahun 2010 maupun di masa mendatang.

Pejabat ini yang dikenal mempunyai perhatian sangat besar bagi pengembangan pariwisata di kancah nasional ini mengingatkan bahwa kegiatan-kegiatan sejenis ini harus dirancang akan berlangsung secara teratur.

"Kegiatan semacam ini harus dijadikan event tetap dengan jadwal yang tetap pula, karena pasti turis dari mana pun juga tidak hanya ingin mengunjungi Toba tapi juga daerah serta obyek-obyek wisata lainnya," katanya.

Ucapan semacam ini patut dicerna secara baik oleh panitia Pesta Danau Toba sekarang maupun mendatang serta berbagai kegiatan sejenis lainnya. Dahulu acara ini dilaksanakan bulan Juli atau paling lambat Agustus. Sedangkan sekarang ini sudah bulan Oktober.

Bulan Juli adalah waktu yang paling menguntungkan karena saat anak sekolah mulai dari taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama hingga sekolah menengah atas menikmati liburan panjang setelah menerima rapor.

Kalaupun ada pesta budaya yang dilaksanakan bulan September atau bahkan Oktober, maka mereka tentu tidak mungkin diizinkan oleh orang tuanya untuk membolos. Tentu anak-anak harus disuruh rajin belajar karena baru memasuki tahun ajaran baru.

"Pesta tandingan"

Pada hari Kamis (21/10) beberapa seniman asal Medan dan dari kawasan sekitar Danau Toba mengajak beberapa wartawan untuk bercakap-cakap tentang kegiatan pesta ini.

"Dari sebuah daerah yang kurang lebih tiga kilometer dari sini ada wacana untuk melakukan `kegiatan tandingan`," kata seorang seniman bernama Herry.

Sementara seniman lainnya, Endra mengatakan mereka tidak peduli atau tidak berurusan dengan pikiran untuk menyelenggarakan sebuah "pesta tandingan" terhadap Pesta Danau Toba ini.

Ungkapan bahwa ada keinginan untuk melakukan "pesta tandingan" biar bagaimanapun juga merupakan hal baru sehingga patut dipikirkan untung ruginya.

Kalau yang sekarang saja sudah tidak menarik perhatian wisatawan nusantara apalagi mancanegara, maka apa yang bakal terjadi jika misalnya di kawasan Danau Toba berlangsung dua hingga tiga kegiatan sejenis secara bersamaan.

Para pengunjung akan bingung atau kerepotan untuk memilih acara yang ingin ditontonnya, padahal jenis atau ragam acara budaya itu relatif kurang lebih sama.

Bisa-bisa terjadi keributan di antara para penyelenggara serta pendukung mereka. Aparat keamanan seperti polisi, babinsa atau bintara pembina desa, akan kerepotan atau kebingungan untuk menangani bentrokan atau perbenturan fisik, apalagi jika yang bentrok itu masih ada hubungan kekeluargaan atau famili.

Sementara itu, sumber lainnya menyebutkan bahwa Pesta Danau Toba ini tidak mendapat dukungan penuh dari para tokoh masyarakat terutama "elit politik" karena ada wacana untuk membentuk provinsi baru yang disebut-sebut bisa bernama "Provinsi Tapanuli" atau ""Protap".

Jika provinsi pecahan dari Provinsi Sumatera Utara ini jadi terbentuk maka wilayahnya akan berada di sekitar Danau Toba ini. Sekarang di sekitar Toba ini, terdapat tujuh kabupaten.

Kalau melihat Pesta Danau Toba 2010 ini tidak menghasilkan banyak hal positif bagi warga sekitarnya mulai dari naiknya tingkat hunian hotel , lakunya barang dagangan para pedagang, melonjaknya jumlah pengunjung warung atau restoran hingga "tetap samanya" jumlah kunjungan wisatawan maka tentu harus dipikirkan masa depannya acara budaya ini, apakah akan diteruskan atau tidak dan kalau diteruskan bagaimana caranya agar bisa benar- benar menarik minat wisatawan.

"Kalau Pesta Danau Toba pada masa mendatang hanya `begitu-begitu` saja maka bisa diperkirakan akan semakin sepinya para pengunjung. Belum lagi kalau dicampur-adukkan dengan urusan politik "lokal" seperti pembentukan provinsi baru yang akan menambah carut-marutnya persoalan Danau Toba ini.

Sebuah wacana agar pemerintah hanya menjadi regulator sehingga penyelenggaranya adalah orang-orang swasta patut direnungkan atau ditimbang-timbang segi positif dan negatifnya kalau memang mau agar Pesta Danau Toba tetap terus berlangsung tanpa harus dibebani persoalan yang tak berkaitan seperti pembentukan provinsi atau kabupaten baru. (Antara/Arnaz Ferial Firman)

MYCULTURED



Atraksi Budaya dalam Pesta Danau Toba

Keberadaan Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara, sudah lama tenggelam karena isu lingkungan. Pencemaran danau yang ditengarai akibat PT Indorayon 20 persen dan oleh masyarakat 80 persen, dan pembangunan di sekitar Danau Toba yang selama ini kurang memperhatikan aspek-aspek penting dalam pembangunan berkelanjutan berdampak pada terpuruknya pariwisata Danau Toba.

Gubernur Sumatera Utara Syamsul Arifin mengungkapkan hal itu, Senin (4/10/2010) di Jakarta, pada peluncuran Pesta Danau Toba 2010. "Potensi wisata Danau Toba selama ini tenggelam karena persoalan lingkungan. Selain itu juga karena banyaknya pemangku kepentingan dengan kebutuhan berbeda-beda, membuat pengembangan pariwisata di Danau Toba seakan hilang arah. Untuk membangkitkan kembali potensi wisata Danau Toba, 20-24 Oktober mendatang, digelar Pesta Danau Toba di Parapat," katanya.

Pesta Danau Toba 2010, kata Ketua Umum Panitia Parlindungan Purba, menampilkan beragam atrakasi budaya dan hiburan rakyat. Antara lain Pagelaran Budaya & Musik Kradisional, Festival Tari Tradisional, Festival Gondang, Festival Suling Tradisional, Festival Lawak Daerah, Opera Batak, dan Tao Toba Star. Sedangkan Festival Permainan Rakyat menyajikan antara lain Lomba Marjalekkat, Solu Dakdanak Pardua dua, Parade Kapal Hias Tradisional, serta Margala.

Parlindungan Purba mengatakan, tak hanya pentas atraksi wisata dan hiburan rakyat, pengunjung juga bisa menyaksikan dan mengikuti Rally Wisata rute Medan-Parapat dan X-Trim Lake Toba Trail Adventure Sports, rute Siantar-Parapat-Samosir.

Syamsul Arifin di hadapan 100 lebih tokoh masyarakat Sumatera Utara dan istri duta besar Austria, Cekoslowakia, dan istri dubes Afrika Selatan di Indonesia mengatakan, sebagai salah satu aset pariwisata nasional, perlu dilakukan perencanaan pengelolaan yang efektif dan terpadu agar pariwisata Danau Toba dapat segera bangkit.

"Pesta Danau Toba kali ini adalah yang ketiga kalinya digelar. Jika sekarang hanya digelar selama empat hari, maka Pesta Danau Toba tahun 2011, akan digelar selama tiga bulan. Didukung tujuh kabupaten/kota kawasan Danau Toba, jangankan tiga bulan, tujuh bulan pun sanggup digelar. Banyak potensi seni-budaya kabupaten/kota di Sumatera Utara yang menarik disajikan untuk wisatawan," katanya.

Pesta Danau Toba 2010 yang sudah menjadi kalender wisata nasional, selain diharapkan dapat mengembalikan citra Danau Toba, juga diharapkan sebagai salah satu tujuan wisata nasional yang menarik. Bekerjasama dengan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata , Pesta Danau Toba 2010 diharapkan sebagai salah satu ikon dalam mempromosikan potensi Sumatera Utara dan secara khusus Kabupaten/Kota kawasan danau Toba.

Tokoh Masyarakat Sumatera Utara Cosmas Batubara menyatakan mendukung Pesta Danau Toba, agar kehidupan masyarakat di pesisir keliling Danau Toba bisa lebih sejahtera. "Jika secara nasional kunjungan wisatawan naik 13 persen dan khusus Sumatera Utara naik 7,2 persen, maka ini pertanda baik. Ad a geliat wisata di Sumatera Utara," katanya.

Manurut Cosmas, bidang kebudayaan merupakan potensi wisata yang menarik. Di Sumatera Utara ada budaya Melayu, budaya Batak, dan budaya lain di wilayah keliling Danau Toba, sampai budaya Nias. Budaya tersebut bila didukung lembaga, akan berkembang dengan baik.

Kepala Badan Pengembangan Sumberdaya Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata I Gede Pitane mengatakan, Pesta Danau Toba 2010 yang mengangkat tema Kebangkitan Kembali Danau Toba diharapkan dapat mengenalkan lebih banyak kebudayaan dari etnik-etnik yang ada, guna meningkatkan arus kunjungan wisatawan ke Indonesia, khususnya Sumatera Utara.

Laporan wartawan KOMPAS Yurnaldi

MYCULTURED



Danau Toba, Salah Satu Keajaiban Dunia

Sebagai sebuah aset kekayaan Indonesia, Danau Toba sudah saatnya dikembangkan melalui berbagai upaya promosi untuk menarik minat investor dan turis.

Demikian dikatakan Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irman Gusman, pada penutupan Pesta Danau Toba 2010 di Kecamatan Prapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Minggu (24/10).

Pada kesempatan itu juga hadir Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) Chairul Tanjung dan Ketua Panitia Pesta Danau Toba 2010 Parlindungan Purba.

Irman mengatakan, Danau Toba merupakan salah satu tempat keajaiban dunia yang memiliki nilai sejarah yang tinggi dan potensi pariwisata yang besar. "Untuk mendukungnya, diperlukan pembangunan infrastruktur yang memadai seperti jalan raya, bandara, hotel, terminal sehingga memudahkan para wisatawan untuk menjangkaunya," ujar Irman.

Memang dalam beberapa tahun terakhir ini dunia pariwisata di Indonesia sempat mengalami kelesuan akibat transisi politik tahun 1998, terorisme, ledakan bom, dan bencana alam. Namun, ujar Irman, pelan-pelan jumlah pengunjung wisatawan terutama turis asing mulai mengalami peningkatan.

"Oleh karena itu, Danau Toba sudah saatnya lebih dikembangkan lagi menjadi salah satu keunggulan tempat pariwisata di Indonesia, disamping Bali dan Yogyakarta" ujar Irman.

Chairul Tanjung mengatakan, Danau Toba harus berbenah diri. "Kita harus memperbaiki tempat-tempat wisata di sekitar danau toba," katanya.

Chairul berjanji, KEN akan memberi rekomendasi kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono agar tempat-tempat wisata termsuk Danau Toba bisa menjadi perhatian pemerintah pusat dan pemda.

Parlindungan Purba mengajak masyarakat untuk mencintai, menjaga dan mengembangkan Danau Toba. Tahun ini merupakan tahun kebangkitan Danau Toba. Danau Toba berada di wilayah tujuh kabupaten di Provinsi Sumut.

Laporan wartawan KOMPAS Tjahja Gunawan Diredja

MYCULTURED




Perikanan dinilai ganggu Danau Toba

HARANGGAOL, Sumatra Utara: Pengembangan budi daya ikan air tawar di Kabupaten Simalungun dinilai perlu ditinjau ulang agar usaha tersebut tidak mengganggu ekosistem Danau Toba.

Ketua Panitia Pesta Danau Toba 2010 Parlindungan Purba mengatakan lokasi pengembangan ikan air tawar di perairan Danau Toba khususnya di sekitar Haranggaol, Simalungun memerlukan kajian mendalam, sehingga masyarakat tidak merugi dan pariwisata di Danau Toba tetap berkembang.

“Perlu kajian khusus mengenai pengembangan zonasi ikan air tawar agar daya dukung Danau Toba tidak terlalu berat,” ujarnya di Haranggaol, kemarin.

Parlindungan mengharapkan agar masyarakat dan pemerintah mau bekerja sama membangun perekonomian daerah itu dengan menetapkan Haranggaol sebagai salah satu zona perikanan.

Namun, dia mengharapkan daya dukung perairan Danau Toba perlu diperhatikan agar budi daya ikan air tawar tidak dilakukan di seluruh kawasan itu.

Pada kesempatan sama Wakil Gubernur Sumut Gatot Pujonugroho mengatakan sebenarnya penetapan zona perikanan di Haranggaol tersebut belum legal.

Dia menjanjikan Pemerintah Provinsi Sumatra Utara akan meningkatkan peranannya dalam penataan kembali kawasan Danau Toba. “Haranggaol dapat ditata kembali sebagi zona perikanan yang baik dan ramah lingkungan,” ujarnya.

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah RI G.R.K. Hemas juga menjanjikan penetapan zona perikanan di Kecamatan Haranggaol akan dibahas dalam rapat Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

Sementara itu, salah satu tokoh masyarakat Haranggaol, Bresman Purba menyampaikan sekitar 300 orang masyarakat yang mengelola keramba jala apung (KJA) di daerah itu dengan menghasilkan ikan rata-rata 1 ton per bulan dan siap dijual ke pasar lokal.

Restu pemda

Masyarakat, sambungnya, menginginkan Haranggaol sebagai zona perikanan di kawasan Danau Toba yang resmi dari pemerintah.

“Petani KJA pernah menghadapi kesulitan pendanaan dan bibit yang masih membeli dari luar daerah,sementara bibit atau benih ikan sangat terbatas dan sulit diperoleh di Haranggaol. Pemerintah provinsi melalui dinas perikanan dan kelautan diharapkan berkenan membuat balai benih untuk memasok kebutuhan petani,” katanya.

Pemerintah Provinsi Sumut mengklaim terus mengembangkan pariwisata di kawasan itu di antaranya melalui Pesta Danau Toba 2010.

Kepala Badan Pengembangan SDM Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, I Gde Pitana, dalam sambutannya mewakili Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik seperti dikutip Antara pada 4 Oktober, mengatakan Danau Toba sempat menjadi ikon pariwisata Indonesia tetapi dalam beberapa tahun terakhir seakan terlupakan.

Jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Sumatra Utara, berdasarkan data BPS, melalui tiga pintu masuk pada Agustus mencapai 13.585 orang mengalami penurunan sebesar 16,18% dibandingkan dengan realisasi Juli yang mencapai 16.207 orang.

Namun, jika dibandingkan dengan bulan yang sama 2009, jumlah wisman pada Agustus mengalami peningkatan 5,10% yaitu dari 12.926 orang menjadi 13.585 orang.

Pitana menambahkan Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan pariwisata RI pada semester 1/2010 mencapai rata-rata 13%, pada periode yang sama pertumbuhan pariwisata Sumut hanya 7,3%.

Oleh: Bisnis Indonesia

MYCULTURED



Gunung Sinabung di Dataran Tinggi Karo

Gunung Sinabung adalah sebuah gunung di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Selama ratusan tahun, Gunung Sinabung adalah Gunung yang dormant alias tidur atau tidak ada aktifitas selama ratusan tahun. Dapat disimpulkan sementara, selama ratusan tahun justru mengumpulkan magma untuk dimuntahkan dalam letusan besar.

Gunung Sinabung merupakan anak gunung raksasa Toba yang pernah meletus luar biasa pada 70.000 tahun lalu.

Dari pengamatan peta citra satelit, disimpulkan Gunung Sinabung adalah anak gunung yang paling besar, dan aktif di kompleks Gunung Toba yang meninggalkan kaldera terbesar di muka bumi, yaitu kaldera Danau Toba.


Gunung Sinabung yang mempunyai diameter 7 km masih berupa kerucut tajam dan bentuknya masih seperti 'tumpeng'. "Artinya kalau diibaratkan bisul, memang belum pernah pecah, melainkan bisul yang sedang tumbuh,"

Gunung Sinabung meletus pada hari minggu tanggal 29 Agustus 2010 pukul 00.15 WIB etelah hampir 1600 tahun yang lalu. Gunung Sinabung, Karo, Sumatera Utara kembali meletus pagi, pukul 06.30 Wib, Senin 30 Agustus 2010. Letusan yang mengeluarkan asap tebal itu, berakibat menimbulkan kubah lava baru di puncak gunung merapi.

MYCULTURED



Kronologis Gunung Sinabung Meletus 28/8/2010

Gunung Sinabung adalah sebuah gunung di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Sinabung bersama Sibayak di dekatnya adalah dua gunung berapi aktif di Sumatera Utara. Ketinggian gunung ini adalah 2.460 meter. Gunung ini menjadi puncak tertinggi di Sumatera Utara. Gunung ini belum pernah tercatat meletus sejak tahun 1600. Koordinat puncak gunung Sinabung adalah 3 derajat 10 menit LU, 98 derajat 23 menit BT.

Kabar terkini, Gunung Sinabung meletus lagi pada Minggu 29 Agustus 2010, sekitar pukul 00.08 WIB. Asap dan debu membumbung sampai ketinggian 1.500 meter dari bibir kawah. Tindakan evakuasi segera dilakukan. 12.000 warga yang tinggal di sekitar gunung diungsikan sejak Sabtu kemarin.

Berikut hasil pantauan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi:

Aktivitas 28 Agustus 2010

* Pukul 08.00 - 16.00 WIB, secara visual terpantau asap putih tipis, ketinggian sekitar 20 meter dengan tekanan lemah hingga sedang.
* Pukul 16.00 - 19.00 WIB, Gunung Sinabung tertutup kabut.
* Pukul 19.00 - 24.00 WIB, tidak terpantau adanya asap dari kawah aktif.


Dengan demikian Gunung Sinabung tidak menunjukkan adanya tanda-tanda peningkatan kegiatan.


Aktivitas 29 Agustus 2010

* Pukul 00.08 WIB, terdengar suara gemuruh. Dengan aktivitas tersebut maka G. Sinabung diubah tipenya dari tipe B menjadi tipe A dan statusnya dinyatakan AWAS terhitung pukul 00.10 WIB tanggal 29 Agustus 2010.
* Pukul 00.10 WIB berkoordinasi dengan tim di lapangan, diputuskan dilakukan pengungsian masyarakat yang bermukim dan beraktivitas pada radius 6 km dari kawah aktif.
* Pukul 00.12 WIB, tampak asap letusan dengan ketinggian 1500 meter dari bibir kawah.


Kini sejumlah warga yang masih bertahan karena menjaga rumahnya di zona bahaya pun akhirnya ikut mengungsi. Sebab, hutan di sekeliling desa mereka sudah rata dihujani abu vulkanik. Semoga letusan gunung sinabung 2010 itu segera berakhir, amiin.(VIVAnews )

MYCULTURED



Kuasa Tuhan di Gunung Sinabung

ASAP putih tipis membumbung dari puncak Gunung Sinabung di Sumatera Utara. Ketinggiannya sekitar 20 meter. Lima petugas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Sabtu (28/8) mencatat semua peristiwa itu dari kampung terdekat.

Pukul 16.00-19.00 WIB, puncak gunung tertutup kabut. Waktu selanjutnya hingga pukul 24.00 WIB tidak terpantau adanya asap dari kawah aktif. "Gunung tidak menunjukkan adanya tanda-tanda peningkatan kegiatan," demikian laporan kelima petugas tersebut.

Mereka akhirnya menunda pemasangan alat pemantau aktivitas gempa atau seismograf. "Kami sudah membawa, namun alat belum sempat terpasang," kata M Hendrasto, Kepala Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Pengamatan visual tersebut ternyata kurang canggih. Maklum Ahad (29/8) pukul 00.08 WIB, terdengar suara gemuruh dari gunung yang terletak di Kabupaten Tanah Karo. Empat menit kemudian terjadi letusan dengan asap mencapai 1500 meter dari bibir kawah. Pusat Vulkanologi yang berkantir di Bandung, langsung mengubah tipe Gunung Sinabung dari tipe B menjadi tipe A dan statusnya dinyatakan "awas".

Letusan ini membuat panik warga dan pejabat. Betapa tidak, karena pejabat Sumatera Utara menyatakan gejala asap tebal dan abu yang muncul sejak Jumat malam adalah hal biasa. Bahkan Sabtu malam dilakukan penyuluhan kepada warga bahwa gunung dengan ketinggian 2.460 meter ini aman.

Lima petugas Pusat Vulkanologi yang datang pada Sabtu cuma melakukan pengamatan dan berkoordinasi dengan pemerintah daerah. Optimisme bahwa gunung tidak akan meletus membuat membuat mereka alpa memasang seismograf. Alat itu baru dipasang setelah gunung meletus pada jarak 2,5 kilometer dari puncak Sinabung.

Hasil rekaman gempa vulkanik dan tektonik dari alat itu juga belum bisa dipantau dari posko pengamatan gunung api di Bandung, seperti gunung api lainnya. Hasil rekaman itu dikirim manual ke Pusat Vulkanologi. Padahal gunung api tipe A lainnya, dapat dipantau langsung dari kantor pusat di Bandung lewat satelit.

"Gunung tipe B adalah gunung api yang tidak mempunyai karakter meletus secara magmatik," kata Surono, Kepala Pusat Vulkanologi. Berdasarkan prioritas ancaman, gunung tipe B tidak dipantau secara rutin. Selain Sinabung, gunung tipe B lainnya adalah Gunung Merbabu yang berdampingan dengan Gunung Merapi di Yogyakarta. Lalu Gunung Sibayak di Sumatera Utara, yang berdekatan dengan Sinabung.

Dari 150 gunung api di Indonesia, pemerintah membaginya ke delam tiga tipe. Pembagian ini berdasarkan patokan pendokumentasian Belanda sejak tahun 1600. Tipe A adalah gunung yang pernah meletus setelah tahun 1600-an yang jumlahnya 80 buah. Ada 34 buah gunung masuk tipe B karena letusan terakhir sekitar tahun 1600-an. Sisanya adalah gunung api tipe C yang sama sekali tidak ada letusannya.

Banyaknya gunung berapi di Indonesia karena wilayah ini merupakan tempat pertemuan tiga lempeng besar dunia. Untuk memantau gunung api yang tersebar di Nusantara, pemerintah membuat skala prioritas. Pantauan tinggi dengan peralatan lengkap diberikan kepada gunung api tipe A, sementara gunung api tipe B dianggap tidur.

Gunung yang tidur ini mengagetkan warga, terutama para ahli. "Pola letusannya pendek, kurang dari 24 jam. Ini tidak lazim," kata Irwan Meilano, peneliti sekaligus dosen geodesi Institut Teknologi Bandung. Dia menduga letusan Gunung Sinabung kemungkinan hasil proses pergerakan lempeng sejak lama.

Seperti saat gempa Aceh tahun 2005, kata Irwan, selanjutnya meningkatkan aktivitas gunung-gunung api di sesar Sumatera bagian atas. Sumatera memang memiliki ciri khas, yaitu hubungan antara gunung berapi dan aktivitas lempeng bumi. Hampir semua gunung api umumnya berbaris di patahan atau sesar Sumatera. "Di sana menjadi contoh yang bagus hubungan aktivitas vulkanik dengan tektonik," ujar Irwan yang mendapat gelar doktor dari Jepang.

Menurut Irwan, di Indonesia, banyak gunung api yang mirip seperti Sinabung. Pernah meletus belasan hingga ratusan tahun lalu, namun selama ini seperti tidak aktif. Misalnya Gunung Tangkuban Parahu dan Gunung Guntur di Garut.

Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Utunta Kaban mengakui pihaknya sempat meyakinkan warga yang mengungsi akan keamanan Gunung Sinabung. Oleh karena, katanya, dalam pengetahuan selama ini letusan Sinabung bisa dikatakan anomali. "Ini kuasa Tuhan."

Irwan menjelaskan selalu ada jangka waktu yang cukup lama sejak gunung mengeluarkan asap hingga meletus dan menimbulkan gempa vulkanik. Pada kasus letusan Gunung Sinabung, kemungkinan magma naik setinggi 3-5 kilometer dari dapur magma di perut bumi.

Sepertinya, kata Irwan, ada tekanan yang cukup kuat. "Mungkin ada perubahan kondisi tektonik seperti gempa yang mengubah pola magmatik," ujarnya. Namun ia belum mengetahui jenis letupan dan kekuatannya karena tidak ada catatan sejarah letusan gunung yang berjarak 90 kilometer dari Kota Medan.

Untuk memastikan ada atau tidaknya serta potensi letusan berikutnya, para ahli perlu merekam catatan kegempaan dan informasi kondisi gunung. Sejauh ini paling tidak, menurut Irwan, lelehan lava yang terus keluar hingga hari ini bisa diartikan sebagai penanda akan menurunnya letusan. Memang letusan sebelumnya telah membuka batuan vulkanis yang menutup lubang kawah.

"Itu kabar bagusnya lelehan lava," katanya. Kabar buruknya, lava yang terus keluar bisa bebas mengarah ke sisi gunung mana saja. Dikhawatirkan lava akan masuk ke sungai dan turun ke permukiman menjadi lahar. Selain itu, ada potensi juga letusan Sinabung memicu letusan pada gunung api di sekitarnya.(tempointeraktif)

MYCULTURED



Anggota DPRD Sumut Prihatin Penahanan Syamsul Arifin

Sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara mengaku prihatin dengan penahanan Gubernur Syamsul Arifin oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.

"Kita sangat prihatin, karena selama ini beliau sangat kooperatif dalam menjalani setiap pemeriksaan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)," ujar Bendahara Fraksi PDI Perjuangan DPRD Sumut Brilian Moktar kepada ANTARA di Medan, Jumat malam.

Ungkapan keprihatinan juga disampaikan anggota DPRD Sumut dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Muhammad Nuh.

"Tentu kita sangat prihatin karena beliau adalah gubernur kita. Ini masalah kita bersama dan kita berdoa semoga beliau sabar dan tabah dalam menjalani semua proses hukum ini," katanya.

KPK menahan Gubernur Sumatera Utara Syamsul Arifin terkait dugaan korupsi APBD sewaktu menjabat sebagai Bupati Langkat.

Setelah menjalani pemeriksaan lebih dari sembilan jam, Syamsul Arifin yang datang tanpa pengawalan ke Gedung KPK, Jakarta, Jumat, sekitar pukul 10.30 WIB, akhirnya resmi ditahan.

Ia diduga melakukan penyelewengan dana APBD Langkat yang diduga merugikan negara sebesar Rp31 miliar dan ditetapkan sebagai tersangka sejak April 2010.

Syamsul telah mengembalikan uang ke kas kabupaten Rp62 miliar dari dugaan korupsi senilai Rp102,7 miliar. KPK juga telah menyita tiga unit mobil Izusu Panther, satu mobil sedan Jaguar, dan rumah di Raffles Hills Kelurahan Sukatani, Depok, Jawa Barat.

Sebelumnya, menurut Wakil Ketua KPK Chandra M Hamzah, KPK sudah melakukan pemanggilan terhadap lebih dari 268 orang saksi. KPK menjerat Syamsul dengan Pasal 2 ayat (1), dan atau Pasal 3, dan atau Pasal 8 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Meski mengaku prihatin, namun menurut Muhammad Nuh proses hukum tetap harus dihormati. "Kita hormati proses hukum dengan tetap berpegang pada asas praduga tidak bersalah," katanya.

Sementara jajaran Pemerintahan Provinsi Sumut diminta tetap memberikan pelayanan publik yang baik di bawah pengarahan wakil gubernur dan sekretaris daerah provinsi.

"Ini masalah kita masyarakat Sumut, tetapi pelayanan publik tidak boleh terhenti. Warga masyarakat Sumut pun harus tetap tenang dan jangan sampai bergejolak," ujar Muhammad Nuh.

Sementara Brilian Moktar berharap KPK memberikan penangguhan penahanan bagi Syamsul Arifin, apalagi selama ini yang bersangkutan bersikap sangat kooperatif selama menjalani pemeriksaan.

"Proses hukum memang harus tetap berjalan, tetapi kita berharap beliau mendapatkan penangguhan penahanan meski dikenakan wajib lapor. Kita, masyarakat Sumut masih sangat membutuhkan kepemimpinan beliau," katanya.(ANTARA)

MYCULTURED



Penahanan Syamsul Arifin tuai keprihatinan

Kemarin malam, Gubernur Sumatera Utara Syamsul Arifin, ditahan Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) dalam kasus dugaan korupsi APBD Kabupaten Langkat TA 2000-2007 sebesar Rp102,7 miliar.

Penahanan itu menuai keprihatinan dari berbagai elemen masyarakat, termasuk DPRD Sumut selaku mitra kerja.

"Kita sangat prihatin, karena selama ini beliau sangat kooperatif dalam menjalani setiap pemeriksaan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)," ujar Bendahara Fraksi PDI Perjuangan DPRD Sumut, Brilian Mokhtar, tadi malam.

Muhammad Nuh, dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera juga mengucapkan hal yang sama. "Tentu kita sangat prihatin karena beliau adalah gubernur kita. Ini masalah kita bersama dan kita berdoa semoga beliau sabar dan tabah dalam menjalani semua proses hukum ini," katanya.

Meski mengaku prihatin, kedua anggota DPRD Sumut itu proses hukum tetap harus dihormati. "Kita hormati proses hukum dengan tetap berpegang pada asas praduga tidak bersalah," kata M Nuh.

Jajaran Pemerintahan Provinsi Sumut diminta tetap memberikan pelayanan publik yang baik di bawah pengarahan wakil gubernur dan sekretaris daerah provinsi.

"Ini masalah kita masyarakat Sumut, tetapi pelayanan publik tidak boleh terhenti. Warga masyarakat Sumut pun harus tetap tenang dan jangan sampai bergejolak," ujar Muhammad Nuh.

KPK menahan Gubernur Sumatera Utara Syamsul Arifin terkait dugaan korupsi APBD sewaktu menjabat sebagai Bupati Langkat. Setelah menjalani pemeriksaan sekitar 10 jam, Syamsul Arifin, akhirnya resmi ditahan.

WASPADA ONLINE

MYCULTURED



Media (Harian SIB) dan Pengaruhnya

Tidak terasa kalau ternyata Harian SIB telah berusia 40 tahun. Untuk ukuran sebuah media lokal, itu jelas sebuah prestasi besar. Beberapa media yang hidup dan didirikan dalam beberapa waktu ini, hidup dan besar dengan susah payah. Bahkan beberapa di antaranya kemudian kolaps, tidak terdengar suaranya. Sebaliknya, Harian SIB memapankan diri di dalam berbagai perubahan yang ada.

Perubahan yang ada memang begitu kencang. Kini media koran cetak harus berhadapan dengan pemberitaan televisi yang semakin up to date dan bersifat investigasi dan dikemas dalam breaking news yang menarik. Lihat saja bagaimana rapat-rapat dengar pendapat di DPR disiarkan langsung kepada pemirsanya oleh televisi, lebih cepat dan lebih hidup daripada yang besok harinya dituliskan oleh media cetak.

Tantangan utama dari “pesaing” tersebut membuat banyak media cetak kemudian kehilangan pangsa pasar. Harian SIB sebagai salah satu media cetak pasti juga terpengaruh oplahnya. Belum lagi dengan ekspansi pasar yang dilakukan oleh media cetak lokal di Sumatera Utara. Jelas saja umur yang 40 tahun tersebut juga diperoleh dengan kompetisi yang sangat ketat.

Namun salah satu kemenangan koran-koran besar adalah pangsa pasar yang sudah pasti. Sebuah buku mengenai jurnalisme media diberikan judul oleh Dennis W Jhonson penulisnya: “No Place for Amateurs” (London, 2001). Isi buku itu menguak tabir bahwa media-media besar benar-benar memainkan peran signifikan terhadap isu-isu politik, sosial dan ekonomi karena telah memiliki kelompok pembaca yang sudah tetap.
Adanya kelompok pembaca fanatik itu menguntungkan koran-koran besar. Para pembaca umumnya memiliki kultur yang belum selektif dan kritis. Mereka umumnya hanya “membaca”, bukan mencari sesuatu yang mereka butuhkan.

Pertanyaan berikutnya adalah, sejauhmana Harian SIB memainkan diri sebagai koran yang—meminjam istilah buku tadi—bukan amatir? Penulis sebagai peneliti tidak punya data meski suatu saat nanti punya kesempatan untuk itu. Tetapi kalau melihat bagaimana iklan ucapan selamat disampaikan kepada Harian SIB, jelas kita punya sedikit gambaran. Mereka yang mengirimkan ucapan selamat Ulang Tahun itu mewakili kelompok birokrasi lokal, pengusaha, politisi, serta kelompok sosial. Gambaran tersebut memperlihatkan bahwa jikapun kelompok-kelompok tersebut tidak mencerna dan melalap semua apa yang dituliskan oleh Harian SIB, setidaknya mereka mengetahui dan menginginkan sebuah posisi tertentu yang ditawarkan oleh Harian SIB.

Tawaran
Apa yang ditawarkan oleh Harian SIB kepada kelompok-kelompok tadi? Atau setidaknya, bagaimana sebuah media memberikan pengaruh kepada kelompok-kelompok tadi?
Sebuah buku lain yang menarik ditulis oleh Kathleen Hall Jamieson dan Paul Waldman, berjudul The Press Effect (Oxford, 2003). Di dalamnya dijelaskan bagaimana sebuah media memberikan pengaruh tadi. Menurut mereka, sebuah media bukan hanya sebuah koran belaka, tetapi pertama-tama sebagai pembuat cerita. Di dalam konteks Harian SIB, mereka yang menjadi kelompok-kelompok pembaca dan pengguna Harian SIB menyadari bahwa kisah mereka adalah kisah yang bisa diceritakan oleh sebuah media. Karena itulah mereka kemudian amat bergantung pada media (Harian SIB).

Pemberitaan mengenai perkembangan pembangunan di daerah menyebabkan banyak Kepala Daerah menjalin hubungan baik dengan media ini. Pemberitaan mengenai aktifitas politik menyebabkan harian ini pun dicari oleh mereka yang memapankan kedudukannya di jalur ini. Demikian seterusnya. Efek media sebagai penutur aktifitas membuat kelompok-kelompok tersebut tetap berafiliasi dengan Harian SIB.

Efek media yang lain adalah kekuatan psikologisnya. Sebuah berita mengenai penyimpangan anggaran atau kegagalan program pemerintah, jelas saja akan membuat pelakunya ketar-ketir kalau hal itu diberitakan oleh media. Secara nasional saja misalnya, sosok-sosok yang namanya masuk ke dalam berita media, segera saja bisa menjadi berita, dan akan menjadi sosok yang buruk kalau media mengupas tuntas kebobrokan yang ada.

Jadi, media bisa membuat karir, pekerjaan, bahkan keluarga dari konteks berita tersebut menjadi terpuruk. Karena itulah maka media menjadi sebuah alat memberikan kekuatan shock-therapy tertentu kepada kalangan-kalangan yang dianggap tidak melakukan sesuatu yang benar dan baik. Harian SIB pernah memberitakan misalnya bagaimana anggaran kesehatan di sebuah instansi ternyata kebanyakan hanya diisi oleh biaya perjalanan. Sementara anggaran untuk dibelanjakan untuk kepentingan masyarakat, hampir tidak ada. Efek pemberitaan tersebut menyebabkan stakeholder-nya segera mengubah sikap dan kemudian di kemudian hari sudah lebih berhati-hati.
Media ini juga memberitakan berbagai potensi korupsi yang terjadi di berbagai daerah di Sumatera Utara.

Tanpa disadari, mereka yang membaca hal tersebut mengalami sebuah “shock therapy”, sehingga memberikan efek psikologis tercegahnya kejahatan di masa depan. Inilah yang disebut sebagai “amateur psychologist”, karena media meski bukan pakar psikologis terkemuka, mampu menciptakan dampak psikologis yang luar biasa.
Peran media juga penting untuk meramal masa depan. Penulis buku tersebut menceritakan bagaimana media menghasilkan prediksi-prediksi mengenai momentum politik tertentu yang terjadi. Menjelang Pilkada Kota Medan, Harian SIB memberitakan beberapa prediksi terhadap kandidat tertentu. Harian ini mengungkapkannya dengan kalimat-kalimat “masyarakat antusias”, “masyarakat memadati”, “ribuan massa”, dan lain sebagainya. Kalimat-kalimat tersebut menempatkan Harian SIB mampu memprediksi kemenangan kandidat tertentu, tanpa harus menyelenggarakan pooling sebagaimana kini marak dilakukan oleh media.

Masih ada lagi beberapa penjelasan penulisnya mengenai peran media terhadap kelompok-kelompok tertentu. Penulis tidak bisa menjelaskan semuanya. Tetapi bahwa Harian SIB telah melakukan hal-hal demikian, tentunya harus didukung oleh sebuah rencana strategis untuk terus menerus memapankannya.

Inovasi
Namun, meski telah memiliki pembaca fanatik, sebuah media tetap saja harus terus menerus melakukan inovasi. Struktur kelompok populasi yang berubah adalah salah satu persoalan besar. Benar bahwa di masa lalu Harian SIB bisa bertahan karena mengandalkan pembaca-pembaca dari kelompok usia menengah ke atas. Namun kini semua media kini menghadapi kelompok masyarakat muda yang tidak terlalu tertarik dengan media. Mereka adalah kelompok usia muda yang kini lebih on-line dan kerap disebut sebagai generasi posmo. Tipikalnya serupa: pembosan, hura-hura, ingin mencoba, dan kurang gemar membaca.

Dilihat dari strukturnya, hadirnya generasi ini menyebabkan booming sifat pembaca pada kelompok usia menengah ke atas bisa sangat berbeda. Dan karena itu, kalau melihat jangka waktu hadirnya kelompok usia muda tadi, sekitar 5-10 tahun mendatang, tanpa ansitipasi, akan terjadi penurunan drastis dari oplah media-media di Indonesia, termasuk di Sumatera Utara. Karena itu, mau tidak mau, media pun harus melakukan berbagai kreativitas.

Mari kita lihat apa yang bisa dipelajari dari media lain, semisal harian nasional Kompas. Untuk mendorong minat baca kelompok muda, Kompas mengintrodusir hal-hal yang memberitakan tentang mereka. Kompas melakukannya dengan membuka rubrik Muda berisi beberapa halaman. Kompas juga mendorong peran perempuan untuk membaca karena kelompok ini sering kurang terpapar media. Kompas melakukannya dengan memberitakan hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan perempuan dan tulisan tentang gender. Selain itu, untuk memperluas pangsa pasar, Kompas melakukan aktifitas atau pemberitaan interaktif dengan pembacanya. Harian Kompas melakukannya dengan mengijinkan pembaca mengirimkan pertanyaan-pertanyaan kepada tokoh-tokoh yang dipilih oleh Kompas.

Belajar dari apa yang dilakukan oleh media lain, jelas bahwa masih banyak cara lain untuk tetap mempertahankan diri dan tetap langgeng di usia yang sudah tidak lagi muda. Harian SIB bisa melakukannya karena potensi SDM yang sudah terlatih untuk melakukan tugas jurnalistik.
Harus diakui bahwa selama ini sebuah media banyak yang didirikan tanpa melakukan perubahan dan inovasi. Media besar dan mapan seperti Harian SIB harusnya jangan sampai tergerus oleh keterlambatan menciptakan penyesuaian ini. Ketika waktu berlalu, struktur pembaca pun berubah, dan itu harus diantisipasi oleh media.

Penutup
Hampir 10 tahun sudah penulis berkiprah sebagai kontributor tulisan di Harian SIB. Selama 10 tahun itu—artinya seperempat dari umur Harian SIB—penulis telah membentuk diri menjadi penulis. Setelah menulis di Harian SIB, sebanyak 6 buku telah dihasilkan, ratusan tulisan telah diciptakan. Itu hanya bisa karena orang-orang seperti penulis diberikan kesempatan untuk menyampaikan gagasan, ide dan kreatifitas. Jadi, menurut saya, selain efek yang disampaikan di atas oleh penulis buku The Press Effect, penulis ingin menyampaikan efek lain: media menciptakan kelompok “ilmuwan” media. Dengan adanya media, salah satunya Harian SIB ini, para penulis dan kontributor menjadi semakin terasah, tajam dan lebih bersemangat lagi menuangkan pemikiran, menyebarkan ide, meluaskan gagasan, dan menciptakan opini. Dirgahayu Harian SIB ke-40.
Oleh Fotarisman Zaluchu (Penulis adalah fungsional Peneliti Muda di Badan Litbang Provinsi, kolumnis sosial politik). Harian Sib

MYCULTURED



SENGKO SENGKO - LIRIK LAGU BATAK

Sengko sengko dainang
sengko sengko dainang
sengko sengko dainang
sengko inang sengko sengko

trilala trilala
sirege rege tumba
sirege rege tumba
inang sengko sengko

Tudia ma luluan dainang
da goring-goring baen soban da inang
tudia ma luluan dainang
da boru tobing baen dongan

sahat sahat ni solu dainang
sai sahat ma tu bontean da inang
sahat hita mangolu dainang
sai sahat tu panggabean

MYCULTURED




UNANG PARMEAM-MEAM AHU - LIRIK LAGU BATAK

Ho do namandokkon jolo tamat ahu,
Sai nimmu do tu ahu
Ho do namandokkon jolo horja ahu,
Sai nimmu do tu ahu
Ho do namandokkon ingkon sabar ahu,
Sai nimmu do tu ahu
Sai tarpaima, sai tarpaima, sai hupaima

Molo sai husungkun ho dahasian
Parbogasontai
Sai tarilu-ilu ho dahasian
Lao mangalusi ahu
Hata naung tapuduni saleleng on
Hutiop doi gomos
Sabar do ahu, sabar do ahu, paimahon ho

Reff :
Unang gabusi ahu ito
Unang marsandiwara ho
Molo so olo ho tu ahu
Paboa aha alana da

Unang parmeam-meam ahu
Unang parmeam-meam ahu

MYCULTURED




DIPARSOBANAN - LIRIK LAGU BATAK

Ai diingot ho dope itorap dakdanak uju i
rap marmeam meam di hauma manag di balian i
ho marlojong lojong di batangi laos hu adu sian pudi
laos tinggang do ho ditiki i sap gambo bohimi

Ai diingot hodope ito nadiparsobanan i
ima naso tarlupahon au tikki roma rimbus i
laos hubukka ma da bajuki asa adonk saong saong mu
tung massai gomos do ho huhaol asa tung las ma daging mi

Reff
Hape dung saonari nunga leleng dang pajumpang dohot ho hasian
nunga adong sappulu taon atik naung muli do ho
Molo tung pe namuli pe taho dang na pola sala i hasian
asal ma huida bohimi asa tung sonang rohakki
anggo rokkap do ito Tuhan ta do umboto i

MYCULTURED





ADONG HUIDA SADA BUNGA - LIRIK LAGU BATAK

Adong huida sada bunga
Rupana tung massai uli
Sai marhabang akka loba
Naeng songgop tu bunga nai

Dina laho au naeng mambuat
Huida dang disi bei
Mulak boti au jala marsak
Pasari sari bungai

Reff
Sai huranapi humaliang
Mangalului si songoni
Hape dinaso pakkiriman
Huida ho di lambuki

Boasa ia dung botari
Pajuppang au dohot ho
Sian na sogot sai hulului
Rokkap ni tondi da ito

MYCULTURED





O, TANO BATAK - LIRIK LAGU BATAK

O, Tano Batak
haholongakku
Sai namalungun
do au tu ho

Ndang olo modom
Ndang nok matakku
Sai namasihol do au
Sai naeng tu ho

O, Tano Batak
Sai naeng hutatap
Dapothonokku
Tano hagodangakki
O, Tano Batak
Andigan sahat
Au on naeng mian di ho sambulokki

Molo dung bitcar matani ari
Lao panapuhon hauma i

Godang do ngolu siganup ari
Dinamaringan di ho sambulokki

MYCULTURED




Rajagukguk - LIRIK LAGU BATAK

Bege majolo asa hupaboa,
Di ganup-ganup hita sude,
Tarombo songonni nang torsa-torsa,
Imana Rajagukguk tahe,

Pandokonni si jolo-jolo tubu,
Ihuthonni hita sude,
Na tutu situtu do hupaboa tu hamu,
Pandokni tarombo tahe,

Torop do i nang di pulo sibandang,
Di Lontung, di Muara nauli,
Di Tambak, di Sirait, Nainggolan,
Torop do si Rajagukguk disi,
Nang pe di Laguboti Toba holbung,

Dipukka do huta na disi,
Takkas taboto be lumban Haroro tahe,
Dibahen goarna disi,
Pahompu ni Lontung, sisia sada ina,
Anak ni aritonang doi, Anak sipaitonga,

Rajagukguk doi, Aritonang doi,
Namartua marsahala…tahe,
Marhuta muse do nang di Narumondang,
Lumban Murga anggo disi, dibahen goarna,
Rajagukguk doi, Aritonang doi,

Namartua marsahala…tahe,
Ai anggo Rajagukguk takkas doi hutanda
Anakni Aritonang doi, anak sipaitonga,
Rajagukguk doi, Aritonang doi,
Parserahan tu desa naualu…tahe,

MYCULTURED



ITO NAUNG LELENG HINAHOLONGAN - LIRIK LAGU BATAK

Ito naung leleng hinaholongan
Ala ho manoppang di jabu ni damang
Dang tarbayar ho be uang makkan
Ala so tuk be nimmu na tua-tuam

Hamu tu damang i marparjanjian
Saut ma ho helana molo monang
Ido baenna hita martunangan
Parsikkolaan mi pe dipaujung damang

Manang aha di dok ho, huoloi do
Aha na pinangidom husarihon do

Asa unang tarambat ma sikkolam
Gabe pangambati tu sitta sittam
Hape ia dukkon tammat ho sian sikkolam
Janjimi di ose ho!

Marpungu ma sude natua tua
Dohot tondong asa udur rap tu gareja
Hape gabe muba roham tu au
Gabe muba roham asing dohot hata hatam

Ai tung aha do namasa ito da hasian
Gabe muba roham ito siporiban

Beha ma pangandukku di ho amang
Ai so tarsuhatan be sude hinailam
Holan ala panundani na naeng helam
O amang parsinuan

MYCULTURED



Toga Sihombing - LIRIK LAGU BATAK

Hamu amang, inang naliat nalolo..
Denggan bege hamu asa hu paboa..
Asa takkas botoonmu..
Tarombo ni toga sihombing i..

Opat do anak ni toga sihombing i..
Silaban mai anak siakkangan nai..
Lumban toruan ma anak sipaiduai,
Nababan mai napatoluhon, hutasoit siappudan nai,
Digoari ma anaknai silaban i borsak junjungan,
Ala sude do tahe ditogu togu akka tinodohan nai,
Digoari mai muse si lumban toruan, borsak sirumonggur i,
Ala ibana do tahe na mamboan goarni oppui,
Nababan didok ma borsak mangatasi,
Ala so oloi tahe hatinggalan sian haha nai,
Borsak bimbingan mai sihutasoit, siappudan nai,
Alani haburjuon nai tahe, tu sude haha nai,

Reff:
Digoari ma anakna i silabani borsak junjungan,
Ala sude do tahe ditogu togu akka tinodohan nai,
Digoari mai muse silumban toruan, borsak sirumonggur i,
Ala ibana do tahe na mamboan goarni oppui,
Nababan didok ma borsak mangatasi,
Ala so oloi tahe hatinggalan sian haha nai,
Borsak bimbingan mai sihutasoit, siappudan nai,
Alani haburjuon nai tahe, tu sude haha nai,
O ~~ toga…sihombing
O ~~ toga…sihombin

MYCULTURED



Ito Nalagu - LIRIK LAGU BATAK

Ito nalagu
Ito nauli diau
Didia ho
Didia ho dapottonokku

Pikkir ito
Marbilang bilang ma ho
Hasian
Beha roham dokma hatam
Alusi au

Reff
Aut na diboto ho ma ilukku
Nasai maraburan
Aut na diboto o
Ate atekku malala dibagasan

MYCULTURED




ITO HAHOLONGAN - LIRIK LAGU BATAK

Ito, ito haholongan
Janjinta i do na huingot borngin i
Umbaen hutodo ho ito saut di ahu
*
Sabar ma ho nimmu mandokhon au
Paimahon ho sian na dao hasian
Sai tarpaima-ima au di janji mi
**
Marsingkola do ho nimmu
Huloas ho lao tu na dao
Hape naung muli do ho ito
Tinggalhononmu na ma au
Ito haholongan

MYCULTURED





ISEDO NASALA - LIRIK LAGU BATAK

Nungnga tung takkas ito
Hupaboa hasian
Tu damang dainangi
Parbogason tai
Ala naung sanga tarunduk au
Tu damangi
Tu au ito napogos on

Alai sasude nai
Sakkap ni rohattai
Gabe songon nipi do
Tihos ni arii

Reff
Rauli…..
Paima mau dinipi mi
Paboanku do tuho
Ise do nasala
Ise do nasala
Dihita nadua

MYCULTURED




ISE DO HO TAHE - LIRIK LAGU BATAK

Molo sai hu ingot do ito
Ulini rupam dahasian
Tung tudos maho ito idahon
Tu bunga nauli

Tung massai uli do rupami
Tung massai lambok do hatami
Ise pe ito marnida ho
Ikkon tarpangan roha

Hape sasudenai ito
Tung soada be dahasian
Dukkon borhat ho tu nadao
Lao tu bariba tao

Nungnga lupaho di dirimi
Alani kota jakarta i
Tung marhata batak pe ito
Ai nungnga lupa ho

Reff:
Hirim do rohakki na ikkon ho saut di au
Dung mulak ho ito sian huta nadao i
Hape asing do alusmi lao mangalusi au

“Siapa sih namanya, aku udah lupa deh sama kamu,,
Soalnya kita sudah lama di jakarta sih”

Songgot ma rohakki umbege hatami
Sai manginongi ma dibagas rohaki

MYCULTURED




Masukkan Email Anda Disini untuk dapat artikel terbaru dari BUDAYA BATAK:

Delivered by FeedBurner

KOMENTAR NI AKKA DONGAN....!!!

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...