Custom Search

EWP Tambunan Gubernur Sumut 1978-1983

MYCULTURED


Gubernur Sumatera Utara periode 1978-1983 ini terkenal sangat jujur, bersih dan berpenampilan bersahaja. Dia gubernur kebanggaan Sumut dengan keteladanannya membangun good governance. Dia gubernur yang reformis, anti KKN, saat Orde Baru masih berkuasa. Idealnya, dia alangkah baik jika menjadi saat reformasi telah bergulir. Dia gubernur yang paling jujr dan merakyat.

Saking jujurnya, seluruh anggaran siap pakai yang dijatahkan untuk gubernur dikembalikan. Namun karena kejujurannya, dia hanya diberi kesempatan satu periode memimpin Sumut. EWP Tambunan yang terkenal selalu memakai peci berwarna merah, khas melayu.

Dia seorang kristiani yang menanamkan dengan baik semangat tolerasi antarumat beragama di Sumatera Utara. Dia lebih mengutamakan pembangunan sumber daya manusia dan pembangunan budaya serta karakter yang kuat daripada pembangunan fisik yang bersifat mercusuar. Dialah yang menggalakkan Pesta Danau Toba dan memopulerkan salam horas, majua-jua, penjua-jua, ahoi, yang terkenal dengan lima subsuku besar di Sumatera Utara.

EWP Tambunan sangat berpihak kepada ekonomi kerakyatan. Dia menggagas Pola Inti Rakyat (PIR) Perkebunan dan mengharuskan perkebunan besar mengembangkannya. Bagi dia perkebunan besar hanya bisa dikembangkan sebagai perkebunan inti dari plasma (rakyat yang masing-masing mengelola dua hektar) perkebunan. Pola ini sempat berkembang di Sumatera Utara selama periodenya menjadi Gubernur.

Bahkan dia sempat meresmikan penerapan pola PIR Hotel di Ajibata, Parapat, Danau Toba. Tapi setelah dia digantikan Kaharuddin Nasution, pola PIR ini tidak lagi dilanjutkan. Menurut Tambunan, pola PIR merupakan pola pemberdayaan masyarakat yang paling baik. Dia tidak ingin rakyat hanya menjadi kuli di perkebunan. Melainkan, rakyat harus menjadi pemilik sebagai plasma yang dibina perusahaan inti.

Tambunan juga terkenal sangat rajin berkunjung ke semua pelosok Sumut. Dalam setiap kunjungannya, dia selalu menolak jika dilakukan acara penyambutan seperti menyambut raja. Dia sering berhenti di persawahan, menyapa petani dan memberi dorongan agar bekerja lebih giat.

Dia sangat kecewa, ketika tidak lagi bisa melanjutkan pengabdiannya untuk periode kedua. Dia harus diganti karena kejujurannya. Maklum, para pejabat dari pusat tak pernah dilayaninya dengan berbagai fasilitas bahkan pemberian yang lazim dilakukan kala itu. “Mereka datang ke daerah ini dengan SPJ dari instansinya,” katanya dengan tegas.

Mantan Gubernur Sumatera Utara EWP Tambunan meninggal dunia sebagai kesatria pada Selasa malam 17 Januari 2006 di kediamannya, Jalan Kayu Putih Tengah, Jakarta Pusat. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono datang melayat.

Nama:EWP Tambunan
Meninggal: Jakarta, 17 Januari 2006
Agama:Kristen

*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)

No comments:

Post a Comment

Masukkan Email Anda Disini untuk dapat artikel terbaru dari BUDAYA BATAK:

Delivered by FeedBurner

KOMENTAR NI AKKA DONGAN....!!!

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...