Ketua Badan Perkumpulan DEMOS ini terdeteksi menderita kanker paru-paru sejak setahun lalu. Pada 23 Desember 2009, Asmara sempat menjalani operasi di Rumah Sakit Dharmais, Jakarta. Beberapa kali melakukan pengobatan khusus dan medical check up di Singapore. Dalam proses perawatan ini terdeteksi kanker telah menyebar ke hati dan otak Bang Asmara. Menyebarnya kanker ini membuat kondisi fisiknya terus melemah.
Pada 7 Oktober lalu, Asmara dirawat di Rumah Sakit Gading Pluit, Jakarta Utara, selama lima hari. Dilanjutkan berobat sejak 12 Oktober ke Rumah Sakit Fuda, Guang Zhou, China, untuk mendapatkan perawatan serius.
Tim dokter RS Fuda, Guang Zhou belum sempat mengambil tindakan untuk mengatasi kanker paru-paru karena paru-paru Asmara mengalami infeksi dan tergenang cairan. Dokter rencananya baru akan mengoperasi kanker setelah infeksi sembuh.
Pada 25 Oktober 2010 lalu, tim dokter di Rumah Sakit Fuda melakukan operasi untuk pembukaan saluran pernafasan bagi Asmara. Saluran ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi pernafasan jika melalui mulut. Setelah menjalani operasi, Asmara dirawat dalam ICU. Tuhan berkehendak lain, Kamis (28/10) siang, Asmara meninggal.
Lelaki kelahiran 2 September 1946, Siborong-borong, Sumatera Utara ini meninggalkan seorang istri, Magdalena Helmina Sitorus, dan tiga orang anak: Juanita Nababan, Aviva Nababan, dan Yehonathan Uliasi Nababan.
Aktivis HAM ini pernah aktif sebagai Sekretaris Jenderal Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Dia juga aktif sebagai anggota Komnas HAM sejak 1993 - 2002. Dia juga mendirikan beberapa lembaga non pemerintah, seperti Kontras dan Elsam. Jabatan terakhirnya adalah Ketua Badan Perkumpulan DEMOS, sebuah lembaga kajian demokrasi dan hak asasi.
Antonio Prajasto, direktur eksekutif DEMOS menyatakan kesedihan yang mendalam atas meninggalnya Bang Asmara."Indonesia telah kehilangan satu sosok yang teladan dalam upaya pemajuan demokrasi dan hak asasi manusia," katanya. Selamat jalan, Bang Asmara Nababan.
TEMPO
No comments:
Post a Comment