Custom Search

Karya seni tradisional Batak

MYCULTURED

Sedikit sekali penelitian yang mendalam tentang hasil kebudayaan Batak lainnya seperti ukiran Batak. Berikut ini adalah beberapa bentuk karya seni tradisional Batak yang hingga kini masih terus hidup terutama dapat dijumpai di Tomok Samosir.

Ulos Ragidup
Dalam tradisi perkawinan di masyarakat Batak Toba yang masih hidup hingga saat ini ayah pengantin pria memberikan sejenis kain yang dikenal dengan ulos ragidup kepada ibu mempelai wanita. Pemberian ini dimaksudkan untuk kesuburan (keturunan) bari pasangan tersebut dan memperkokoh tali persaudaraan kedua keluarga pengantin laki-laki dan keluarga perempuan. Kadangkala, ulos ragidup juga dipakai pada saat acara pemakaman untuk membungkus tulang belulang atau pelapis peti jenazah.

Ornamen Kepala Kuda
Secara tradisional, rumah Batak kaya dengan dekorasi design geometris dan gambar-gambar natural dengan warna-warna merah, putih dan hitam. Dekorasi utama sebuah rumah umumnya berukuran besar dengan ukiran kepala binatang digabungkan dengan motif-motif yang kompleks dan indah.
Ornamen arsitektur bagian samping rumah biasanya didominasi oleh kepala kuda. Ukiran ini bukan hanya untuk hiasan tetapi juga berfungsi sebagai pengawal gaib untuk memberikan perlindungan bagi penghuni rumah. Di daerah Batak Toba, kuda sering disembelih untuk penghormatan leluhur dan dipercaya memiliki kemampuan untuk menghantarkan seseorang berjumpa dengan leluhurnya. Kuda juga merupakan simbol status karena hanya orang-orang terhormat yang mampu memilikinya.

Naga Morsarang atau Sahang
Datu adalah pemimpin upacara keagamaan asli Batak. Seorang datu memerlukan bermacam-macam tempat penyimpanan yang terbuat dari berbagai macam material untuk menyimpan ramuan gaibnya. Benda berbentuk kapal ini dikenal sebagai naga morsarang juga dikenal sebagai sahang, terdiri dari tanduk kerbau yang berongga yang permukaan luarnya diukir dengan ornamen khas batak. Bagian ujung dari tanduk diukir dalam rupa orang yang sedang duduk. Bagian pangkal tanduk disumbat denganpenutup dari kayu berukir yang menggambarkan singa yang ditunggangi oleh empat orang.

Tunggal Panaluan
Tongkat magis orang Batak terdiri dari dua macam yaitu Tunggal Panaluan, kira-kira panjangnya 1,7 metres dan umumnya diukir dengan inda, dan Tunggal Malehat, yang lebih pendek dan biasanya dibuat dengan lebih sederhana. Tongkat ini adalah atribut para datu (dukun) Batak. Namun demikian tongkat bukanlah milik datu tetapi milik marga. Kepemilikan tongkat ini tampak dalam penggunaan tongkat ini, datu memakainya dalam acara yang melibatkan seluruh anggota marga, contohnya saat memanggil hujan, perayaan perang, dan acara menolak bala. Hal ini juga ditunjukkan oleh hiasan singa, fungsi utama tongkat ini adalah untuk melindungi anggota masyarakat dan kelangsungan marga.

Guri-Guri
Sebelum penyebaran agama Kristen di tanah Batak meluas pada awal abad keduapuluh hadatuon (perdukunan) merupakan bagian penting dalam ritual keagamaan Batak asli. Pemuka agama yang biasanya dikenal sebagai Datu, menjalankan perdukunan baik yang sifatnya menyembuhkan maupun merusak dengan menggunakan berbagai macam perlengkapan. Peralatan datu yang paling keramat dan ampuh adalah guri-guri. Benda ini adalah tempat penyimpanan pupuk, suatu benda yang sangat ampuh terbuat dari korban manusia yang dibunuh dalam suatu upacara. Pupuk dipercaya dapat memerintahkan arwah si korban untuk melakukan perintah datu. Guri-guri seringkali terbuat dari keramik Cina yang diimpor dan diberi tutup ukiran Batak yang terbuat dari kayu. Kebanyakan penutup menggambarkan orang yang menunggang mahluk seperti kuda yang disebut singa. Singa yang merupakan gabungan dari aspek-aspek kuda, ular, harimau dan binatang-binatang lain adalah mahluk dalam mitologi Batak yang merupakan simbol kesuburan dan perlindungan alam.

Si Galegale
Sebuah tradisi yang unik dalam seni patung Batak adalah boneka yang dikenal dengan nama si Galegale. Di masa yang lampau, si galegale muncul dalam acara penguburan dimana ia berfungsi sebaga pengganti anak laki-laki orang yang dikuburkan yang tidak pernah memiliki anak laki-laki dalam hidupnya. Boneka ini, digerakkan dengan tali temali yang menghubungkan berbagai bagian dari boneka tersebut yang dikendalikan oleh si pemain, turut menari (manortor) selama ritual penguburan bersama keluarga orang yang meninggal. Dengan bantuan bola yang dilembutkan dalam kepala boneka, beberapa boneka bahkan dapat dibuat seperti mengeluarkan air mata untuk “ayahnya” yang meninggal. Kepala si galegale ini diukir dengan roman muka yang sangat menarik. Alis mata dibuat dari tanduk kerbau dan daun telinganya diperindah dengan ornamen yang terbuat dari kuningan dikenal dengan nama sitepal.




No comments:

Post a Comment

Masukkan Email Anda Disini untuk dapat artikel terbaru dari BUDAYA BATAK:

Delivered by FeedBurner

KOMENTAR NI AKKA DONGAN....!!!

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...