Custom Search

“Lucu, kalau Orang Batak Miskin di Kampungnya"

MYCULTURED


Tak cuma orang Batak yang harus bicara tentang kampung halamannya. Abner Nones, warga Kabupaten Halmahera Utara Provinsi Maluku Utara, ikut mencetuskan pandangannya tentang Tano Batak, khususnya Tapanuli Selatan dan Tapanuli Utara (Taput). Saat berbincang dengan wartawan BATAKPOS di restoran “Siang Malam” Jalan Merdeka, Sipirok, Tapsel, pekan lalu, Abner Nones mengatakan, umumnya kondisi tanah yang dilihatnya di Tano Batak, sangat subur.

“Wajar, kalau pemerintah Taput menjadikan pertanian sebagai pilar utama program pembangunan. Karena, memang dengan kondisi tanahnya yang subur, daerah itu berpotensi besar dikembangkan di bidang pertanian,” ujar pria Halmahera yang beristerikan boru Siregar dari Bunga Bondar, Sipirok, kampungnya mantan Gubernur Sumut, alm Raja Inal Siregar.

Abner Nones terbang dari Ternate ke Tano Batak, karena ibu mertuanya Ompu Dormauli Naipospos boru Situmeang tutup usia di Bunga Bondar. Ternyata Abner Nones adalah anggota DPRD Halmahera Utara dari Partai Damai Sejahtera (PDS). Dia kini duduk sebagai anggota dewan untuk ke dua kalinya. “Saya sudah empat kali datang ke negeri Batak ini, dan selalu terkesan dengan kehidupan penduduk dan adat istiadat,”kata pria penyuka kumis dan jenggot subur ini.

Dia membandingkan dengan Maluku Utara. Wilayah Halmahera khususnya punya potensi perikanan laut dan pertambangan, dari pada pertanian. Biaya hidup di sana lumayan mahal dibanding daerah lain, karena bahan konsumsi mahal. Setelah reformasi kehidupan masyarakatnya menggeliat ke arah peningkatan ekonomi. Banyak warga yang semula hidupnya terpuruk, kini mendadak sejahtera. “Tapi orang Batak sebenarnya dinamis, di mana pun bisa hidup, karena punya semangat juang. Karena itu lucu, kalau masyarakat Batak bisa miskin di kampung sendiri,” kata pria beranak tunggal ini.

Abner menunjuk populasi orang Batak di Maluku Utara saat ini meningkat. Umumnya menjadi pekerja keras. Sebagian kerja di tambang, tapi ada juga yang aktivis, seperti Reynold HM Simanjuntak yang beristrikan perempuan Tobelo.”Saya punya teman-teman orang Batak, dan merasa beruntung karena ada kedekatan persepsi,” imbuh Abner Nones yang di hari mendatang berniat maju ke Pilkada di Halmahera.

Abner berpendapat, petani Taput jangan terbiasa hanya menunggu kebijakan pemerintah di bidang pertanian. Pemerintah sebenarnya hanya motivator atau stimulator. Menjalankan program pengembangan pertanian sesuai anggaran yang ada. Petani dengan modal tanah yang subur, hendaknya dinamis. Ibaratnya, jangan terpaku menunggu bola, melainkan jemput bola. “Betul itu kalau bupati di sini menyebut daerahnya Tanah Kanaan seperti dalam Alkitab. Masalahnya sekarang, pemerintah bisa pusing kalau semua kebutuhan untuk pengembangan pertanian harus dibutuhi. Sudah bagus itu, kalau Pemkab mensubsidi petani 50 persen. Di daerah lain, mungkin kebijakan seperti itu belum ada,” paparnya.

Abner Nones mengatakan, setiap melintas dari Parapat menuju kampong mertuanya di Bunga Bondar, terpesona oleh panorama alam yang begitu bagus. Herannya kenapa Danau Toba tak bisa dikembangkan menjadi obyek wisata berkelas dunia.”Saya lihat sepanjang jalan dari Tobasa ke Tarutung itu, hamparan sawahnya subur, lalu saya bayangkan daerah ini sungguh potensial jadi lumbung beras,”imbuhnya.

sumber : batakpos

No comments:

Post a Comment

Masukkan Email Anda Disini untuk dapat artikel terbaru dari BUDAYA BATAK:

Delivered by FeedBurner

KOMENTAR NI AKKA DONGAN....!!!

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...