MYCULTURED
Banyak ragam Partuturan ni Halak Simalungun. Dari berbagai ragam partuturan yang jamak adanya, pengaruh etnis lain yang letaknya berbatasan dengan wilayah Simalungun, terasa sulit dielakkan.Setuju ataupun tidak, nyatanya Batak Toba cukup berhasil mewarnai pemakaian kosa kata di Sumatera Utara. Entah karena kemampuan adaptasi masyarakat Simalungun, mungkin karena malu, ketidak tahuan, atau malah tidak mau tahu, banyak masyarakat Simalungun lebih familiar menggunakan kosa kata Batak Toba ketimbang menggunakan kosa kata Simalungun yang lebih santun.
Kata Hiou untuk menyebut kain adat Simalungun, nyatanya lebih sering digunakan kata Ulos. Bahkan tidak sedikit partuturan Batak Toba dipergunakan dikalangan Halak Simalungun. Anehnya, Kaum tualah yang mengajarkan perusakkan ini kepada generasi muda Simalungun. Jika tidak segera disikapi, saya berkeyakinan, tutur kekerabatan Simalungun akan tinggal dalam tulisan-tulisan saja.
Beragam Tutur Kekerabatan
Masyarakat Simalungun dibeberapa tempat di kecamatan Sipispis Kabupatn Serdang Bedagai, misalnya, mengenal beberapa ragam partuturan tersendiri. Tutur “Uppun”dipergunakan setara dengan tutur “Tulang”, “Ambei” sebagai pengganti tutur “Anturang”. Bahkan ada beberapa tutur lain yang mungkin saja dipengaruhi oleh resam Melayu, seperti “Atoq” (Ompung), “Ussu/Pakcik” (Bapa Anggi), “Ocik” (Inang Anggi) atau “Bundei” (Ambou).
Di wilayah bekas kerajaan Padang di Tebingtinggi. Turunan Raja Padang yang bermarga Saragih Dasalah serta turunan Datuk Bandar Kajum yang bermarga Damanik, sama sekali memakai tutur kekerabatan berdasarkan puak Melayu. Tutur Atok, Nenek atau Andong, Ayah, Abah, Akak, Ulong, Angah, Uncu, Pakcik, Makcik, Uwak dan sebagainya.
Jika Puak Melayu, misalnya, tutur Tengku Ayah untuk kalangan bangsawan, acapkali diucapkan dengan kata “Entu” (Ayahanda), sebutan Ibunda/Bunda/Bunde menjadi “Ende”, Emak Kecik menjadi “Makcik/Ocik”, Bapak Kecik menjadi “Pakcik”; diSimalungun bentuk ini juga ada.
Orang Simalungun juga biasa mengucapkan untuk tutur Mangkela menjadi “Kela”, Anturang menjadi “Turang”, Bapa Gian menjadi “Pagian/Kian” dan lain sebagainya. Dikalangan Bangsawan Sidamanik, merasa lebih akrab jika mengucapkan tutur Bapa menjadi “Apa” saja.
Partuturan dalam suku Simalungun di bagi ke dalam 3 kategori menurut kedekatan hubungan seseorang, yaitu
Tutur manorus (langsung)
Perkerabatan yang langsung terkait dengan diri sendiri.
* Ompung (baca Oppung): orangtua ayah atau ibu, saudara (kakak/adik) dari orangtua ayah atau ibu
* Bapa: ayah, dibeberapa wilayah yang berbatasan dengan kultur Toba ada yang menyebut Amang, yang berkolaborasi dengan resam Melayu ada yang menyebut Ayah
* Inang: ibu
* Abang: saudara lelaki yang lahir lebih dulu dari kita.
* Anggi: adik lelaki; saudara lelaki yang lahir setelah kita.
* Botou: saudara perempuan (baik lebih tua atau lebih muda).
* Ambou/Amboru: saudara perempuan ayah; saudara perempuan pariban ayah; saudara perempuan mangkela. Bagi wanita: orangtua dari suami kita; ambou dari suami kita; atau mertua dari saudara ipar perempuan kita.
* Mangkela (baca: Makkela): suami dari saudara perempuan dari ayah
* Tulang: saudara lelaki ibu; saudara lelaki pariban ibu; ayah dari besan
* Anturang: istri dari tulang; ibu dari besan
* Parumaen: istri dari anak; istri dari keponakan; anak perempuan dari saudara perempuan istri; amboru dan mangkela kita memanggil istri kita parmaen
* Nasibesan: istri dari saudara (Ipar) lelaki dari istri kita atau saudara istri kita
* Hela: suami dari puteri kita; suami dari puteri dari kakak/adik kita
* Gawei: hubungan wanita dengan istri saudara lelakinya
* Lawei: hubungan laki-laki dengan suami dari saudara perempuannya; panggilan laki-laki terhadap putera ambou; hubungan laki-laki dengan suami dari puteri ambou (botoubanua).
* Botoubanua: puteri ambou; bagi wanita: putera tulang
* Pahompu(baca:Pahoppu): cucu; anak dari botoubanua; anak pariban
* Nono: pahompu dari anak (lelaki)
* Nini: cucu dari boru
* Sima-sima: anak dari Nono/Nini
* Siminik: cucu dari Nono/Nini
Tutur holmouan (kelompok)
Melalui tutur Holmouan ini bisa terlihat bagaimana berjalannya adat Simalungun
* Ompung Nini: ayah dari ompung
* Ompung Martinodohon: saudara (kakak/adik) dengan ompung
* Ompung : ayah kandung dari ayah, kalau nenek perempuan disebut inang tutua
* Bapa Tua: saudara lelaki paling tua dari ayah
* Bapa Godang: saudara lelaki yang lebih tua dari ayah, di beberapa tempat biasa juga disebut bapa tua
* Inang Godang: istri dari bapa godang
* Bapa Tongah: saudara lelaki ayah yang lahir dipertengahan (bukan paling tua, bukan paling muda)
* Inang Tongah: istri dari bapa tongah
* Bapa Gian / Bapa Anggi: saudara lelaki ayah yang lahir paling belakang
* Inang Gian / Inang Anggi: istri dari bapa gian/Anggi
* Sanina / Sapanganonkon: saudara satu ayah/ibu
* Pariban: sebutan bagi orang yang dapat kita jadikan pasangan (suami atau istri) atau adik/kakaknya
* Tondong Bolon: pambuatan (orang tua atau saudara laki dari istri/suami) kita
* Tondong Pamupus: pambuatan ayah kandung kita
* Tondong Mata ni Ari: pambuatan ompung kita
* Tondong Mangihut
* Anakborujabu: sebagai pimpinan dari semua boru, anakborujabu dituakan karena bertanggung jawab pada tiap acara suka/duka Cita.
* Panogolan: kemenakan; anak laki/perempuan dari saudara perempuan
* Boru Ampuan: hela kandung yang menikahi anak perempuan kandung kita
* Anakborumintori: istri/suami dari panogolan
* Anakborumangihut: lawei dari botou
* Anakborusanina
Tutur natipak (kehormatan)
Tutur natipak digunakan sebagai pengganti nama dari orang yang diajak berbicara sebagai tanda hormat.
* Kaha: digunakan pada istri dari saudara laki-laki yang lebih tua. Bagi wanita, kaha digunakan untuk memanggil suami boru dari kakak ibu.
* Nasikaha: digunakan istri kita untuk memanggil saudara laki kita yang lebih tua
* Nasianggiku: untuk memanggil istri dari adik
* Anggi : adik
* Ham: digunakan pada orang yang membesarkan/memelihara kita (orang tua) atau pada orang yang seumur yang belum diketahui hubungannya dengan kita
* Handian: serupa penggunaannya dengan ham, tapi memiliki arti yang lebih luas.
* Dosan: digunakan tetua terhadap sesama tetua
* Anaha: digunakan tetua terhadap anak muda laki
* Kakak: digunakan anak perempuan kepada saudara lakinya yang lebih tua
* Ambia: Panggilan seorang laki terhadap laki lain yang seumuran atau bawahan.
* Ho: untuk orang yang derajadnya rendah. Atau panggilan bergurau bagi orang yang sudah akrab (sakkan).
* Hanima: sebutan untuk istri (kasar) atau pada orang yang berderajad lebih rendah dari kita (jamak, lebih dari seorang)
* Nasiam: sebutan untuk yang secara kekerabatan berderajad di atas (jamak, lebih dari seorang)
* Akkora: sebutan orang tua bagi anak perempuan yang dekat hubungan kekerabatannya
* Abang: panggilan pada saudara laki yang lebih tua atau yang berderajad lebih dari kita
* Tuan: dulu digunakan untuk keturunan Raja atau bangsawan
* Sibursog: sebutan bagi anak laki yang baru lahir
* Sitatap: sebutan bagi anak perempuan yang baru lahir
* Awalan Pan/Pang: sebutan bagi seorang Laki yang sudah memiliki Anak, misal anaknya Doni, maka Ayahnya disebut pan-Doni/pang-Doni.
* Awalan Nang/Nan: sebutan bagi seorang perempuan yang sudah memiliki anak, misal anaknya Doni, maka ibunya disebut nan-Doni/nang-Doni.
oleh : M Muhar Omtatok
No comments:
Post a Comment